1. Katakanlah: “Dia-lah Allah, yang Maha Esa.
2. Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu.
3. Dia tiada beranak dan tidak pula diperanakkan,
4. dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.
(al-Ikhlash: 1-4)
Diriwayatkan oleh at-Tirmidzi, al-Hakim, dan Ibnu Khuzanah,
dari Abul ‘Aliyah, yang bersumber dari Ubay bin Ka’ab. Diriwayatkan pula oleh
ath-Thabarani dan Ibnu Jarir, yang bersumber dari Jabir bin ‘Abdillah bahwa
kaum musyrikin meminta penjelasan tentang sifat-sifat Allah kepada Rasulullah
saw, dengan berkata, “Jelaskan kepada kami sifat-sifat Rabb-mu.” Ayat
Al-Ikhlash 1-4 ini turun berkenaan dengan peristiwa tersebut, sebagai tuntunan
untuk menjawab permintaan kaum musyrikin.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim yang bersumber dari Ibnu
‘Abbas, diriwatkan pula oleh Ibnu Jarir yang bersumber dari Qatadah, dan
diriwayatkan pula oleh Ibnu Mundzir yang bersumber dari Sa’id bin Jubair, bahwa
beberapa orang Yahudi, diantaranya Ka’ab bin al-‘Asyraf dan Hayy bin Akhthab,
menghadap Nabi saw, mereka berkata, “Hai Muhammad, lukiskan sifat-sifat Rabb
yang mengutusmu.” Ayat
Al-Ikhlash 1-4 ini turun untuk menerangkan
sifat-sifat Allah.
Menurut as-Suyuthi kata al-musyrikiin (kaum musyrikin) dalam
hadits yang bersumber dari Ubay bin Ka’ab adalah kaum musyrikin dari kaum
Ahzab. Dengan demikian dapat dipastikan Madaniyyah, sesuai hadits Ibnu
‘Abbas.Jadi tidak ada pertentangan antara dua hadits di atas. Hal ini diperkuat
pula oleh riwayat Abusy Syaikh di dalam kitab al-’Azhamah dari Aban, yang bersumber
dari Anas yang meriwayatkan bahwa Yahudi Khaibar menghadap Nabi saw. dan
berkata: “Hai Abul Qasim. Allah menjadikan malaikat dari cahaya hijab, Adam
dari tanah hitam, iblis dari api yang menjulang, langit dari asap, dan bumi
dari buih air. Cobalah terangkan kepada kami tentang Rabb-mu.” Rasulullah
saw. tidak menjawab, sehingga turunlah Jibril membawa wahyu, yaitu surat ini (al-Ikhlash 1-4) yang melukiskan sifat-sifat Allah.
sumber: Al-Qur’anul Kariim;
Asbabun Nuzul, KHQ Shaleh dkk
2. Maka
dirikanlah shalat karena Tuhanmu; dan berkorbanlah*.
3.
Sesungguhnya orang-orang yang membenci kamu Dialah yang terputus**.
(al-Kautsar: 1-3)
*Yang dimaksud
berkorban di sini ialah menyembelih hewan Qurban dan mensyukuri nikmat Allah.
**Maksudnya terputus di sini ialah
terputus dari rahmat Allah.
Diriwayatkan oleh al-Bazzar dll,
dengan sanad yang sahih, yang bersumber dari Ibnu ‘Abbas bahwa ketika Ka’b bin
al-Asyraf (tokoh yahudi) datang ke Mekah, kaum Quraisy berkata kepadanya; “Tuan
adalah pemimpin orang Madinah. Bagaimana pendapat tuan tentang si
pura-pura sabar yang diasingkan oleh kaumnya, yang menganggap dirinya lebih
mulia dari kami, padahal kami adalah penyambut orang-orang yang melaksanakan
haji, pemberi minumnya, serta penjaga Ka’bah ?” Ka’b berkata: “Kalian lebih
mulia daripada dia.” Maka turunlah ayat ini (al-Kautsar ayat 3) yang membantah
ucapan mereka.
Diriwayatkan oleh Ibn Abi Syaibah di
dalam KItab al-Mushannaf dari Ibnul Mundzir, yang bersumber dari ‘Ikrimah bahwa
ketika Nabi Muhammad saw diberi wahyu, kaum Quraisy berkata: “Terputuslah
hubungan Muhammad dengan kita.” Maka turunlah ayat ini (al-Kautsar ayat 3)
sebagai bantahan terhadap ucapan mereka.
Diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim
yang bersumber dari as-suddi. Juga diriwayatkan oleh al-Baihaqi di dalam Kitab
ad-dalaa-il, yang bersumber dari Muhammad bin ‘Ali, dan disebutkan bahwa yang
meninggal itu ialah Qasim. Bahwa kaum Quraisy menganggap kematian anak laki-laki
itu berarti putus keturunan. Ketika putra Rasulullah saw meninggal, al-‘Ashi
bin Wa-il mengatakan bahwa keturunan Muhammad saw telah terputus. Maka surat
al-Kautsar ayat 3 ini turun sebagai bantahan terhadap ucapan mereka.
Diriwayatkan oleh al-Baihaqi yang
bersumber dari Mujahid bahwa ayat 3 ini turun berkenaan dengan al-‘Ashi bin
Wa-il yang berkata, “Aku membenci Muhammad.” Maka ayat ini turun sebagai
penegasan bahwa orang yang membenci Rasulullah akan terputus segala
kebaikannya.
Diriwayatkan oleh Aththabarani
dengan sanad yang dhaif, yang bersumber dari Ayyub bahwa ketika Ibrahim, putra
Rasulullah saw wafat, orang-orang musyrik berkata satu sama lain: “Orang murtad
itu (Muhammad) telah terputus keturunannya tadi malam.” Allah menurunkan surat
al-Kautsar ayat 1-3 ini yang membantah ucapan mereka.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang
bersumber dari Sa’id bin Jubair bahwa ayat ini (ayat 2) turun pada peristiwa
Hudaibiyah, ketika Jibril datang kepada rasulullah memerintahkan kurban dan
shalat. Rasulullah segera berdiri seraya menyampaikan khotbah Idul
Fitri-mungkin juga khotbah idul Adha (rawi ragu, apakah peristiwa di dalam
hadits itu terjadi pada bulan Ramadhan atau pada bulan Zulkaidah) kemudian
sholat dua rakaat. Sesudah itu beliau menuju ke tempat kurban, lalu memotong
hewan kurban.
Menurut as-Suyuthi, riwayat ini
sangat gharib. Matan hadits ini meragukan, karena menyebutkan sholat id
didahului khotbah.
Diriwayatkan oleh Ibnu Jarir yang
bersumber dari Syamr bin ‘Athiyyah bahwa ‘Uqbah bin Abi Mu’aith berkata: “Tidak
ada seorang pun anak laki-laki Nabi Muhammad saw yang hidup hingga keturunannya
terputus.” Ayat ke 3 ini turun sebagai bantahan terhadap ucapan itu.
Diriwayatkan oleh Ibnul Mundzir yang
bersumber dari Ibnu Juraij bahwa ketika Ibrahim putra Rasulullah saw wafat,
kaum Quraisy berkata, “Serkarang Muhammad menjadi abtar (terputus
keturunannya).” Hal ini menyebabkan Nabi Muhammad saw bersedih hati. Maka
turunlah ayat ini (al-Kautsar 1-3) sebagai penghibur baginya.
Sumber:
asbabunnuzul, KHQ.Shaleh dkk
Tidak ada komentar:
Posting Komentar