Bapak Presiden yang terhormat, Kami hanya butuh tempat untuk berteduh dari panas dan hujan. Kami hanya butuh makanan untuk dimakan di kala perut lapar. Jangan salahkan mereka yang mencuri atau merampok untuk mendapatkan sesuap nasi! Mereka hanya dipaksa oleh keadaan. Kalau saja hak mereka diberikan dan tidak masuk di kantong-kantong milik mereka yang berdasi, mereka tidak akan kelaparan dan terpaksa merampok.
“Di antara 15 cerpen karya anak
-anak muda ini, saya paling terkesan membaca
„Surat untuk Pak Presiden‟. Temanya sederhana, tetapi sarat dengan kritik
sosial. Cara penulisan dengan memindah-mindah setting antara realitas yang dituturkan dengan curhat di dalam surat terasa filmis dan menggugah. Cerpen, pada salah satu elemennya, adalah bagaimana memotret dan
memindahkan realitas; jadi ia adalah pantulan dari realitas itu sendiri….
Saya merasa wajib mengapresiasi para (calon) penulis pesantren ini. Ikhtiar
untuk berkarya, bagaimanapun, menggambarkan „kegembiraan menulis‟,
semangat yang out of the box
—keluar dari kotak.”
Amir Machmud NS,Wakil Pemimpin Redaksi Harian Suara Merdeka, Semarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar